Dulu sewaktu kita pertama kali menuju kota perantauan, terbayang sejuta asa yang ingin kita raih. Kita mempunyai motivasi yang kuat untuk meraih prestasi tersebut, bahkan kita sudah menulis berbagai targetan yang akan kita raih pada masa perkuliahan kita.

Kita jauh dari orang tua, jauh dari sanak saudara, tanpa ada yang mengawasi. Lama kelamaan motivasi dan semangat kita menurun, kita jarang kuliah mungkin cuman TA ( titip absen ), jarang mengumpulkan tugas, merasa capek dan inginnya selalu hura-hura. Padahal jika kita fikir bagaimana kondisi orang tua jika melihat kita seperti itu, orang tua yang dengan keringatnya membiayai kita kuliah, orang tua yang dengan senyum manisnya menyambut diri kita sewaktu pulang, orang tua yang dengan senang hati menahan laparnya hanya untuk kita agar kita menjadi anak yang mempunyai masa depan yang cerah. Kita sering lalai dan sering mengecewakan kedua orang yang paling menyayangi kita.
Siapa yang menanam pasti akan mengunduh, kita yang selalu hura-hura dan hidup enak-enakan pasti akan mengunduh semuanya, ketika semua usai kita melihat bahwa ip kita yang muncul sangat tidak memuaskan sehingga timbul penyesalan dalam diri kita.

Tapi teman-teman janganlah menyerah cepatlah bangun dari tidur panjang kita, kobarkan kembali semangat kita karena ada 2 orang yang paling mencintai kita menunggu dengan senangnya di dalam sebuah rumah yang sederhana, rumah yang tidak asing lagi bagi kita, di rumah yang dimana kita dibesarkan, rumah yang penuh kenangan. Coba kita bayangkan di hari saat kita menyelesaikan kuliah kita, kita lihat 2 orang turun dari kendaraan dan segera menuju kita dengan senyumnya dan memeluk kita dengan pelukkan yang hangat. Dan coba kita bayangkan ketika kita dipanggil kedepan dan diumumkan menjadi salah satu mahasiswa berprestasi dan dengan cakapnya kita memberikan sambutan sehingga orang-orang bertanya siapa anak itu, sedangkan orang tua kita hanya bisa melihat dan meneteskan air mata, air mata yang mulia symbol suatu kebahagiaan. Dan dengan senyum dan air mata beliau menatap kita tanpa berkedip sedikitpun dan kita balas tatapan beliau dengan senyum manis dari bibir kita. Teman-teman itulah saat yang kita tunggu-tunggu saat dimana kita bisa membuat orang tua kita bangga setelah sekian lama kita sering membuat mereka kecewa.
Mari teman-teman kita kobarkan kembali semangat kita dan marilah kita perbaiki diri kita. Dan marilah kita tempa diri kita dengan keras di tanah perantauan ini. Jika kita ingat kata orang bijak “Seorang pemenang bukanlah orang yang selalu menang, tapi seorang pemenang adalah orang yang dapat bangkit dari keterpurukan dengan cepat dan kembali menatap masa depannya dengan optimis, sedangkan orang biasa saja dapat bangkit tapi agak lama sedangkan pecundang akan terjatuh, tersungkur dan tidak akan bangkit lgi untuk selamanya”.
Dan satu lagi untuk mencapai cita-cita kita selain usaha kita juga memerlukan doa, orang bilang “ doa tanpa usaha itu bohong, dan usaha tanpa doa itu sombong”.
Sekarang segala pilihan tergantung diri kita kita ingin menjadi pemenang atau pecundang, ingin membahagiakan orang tua maupun mengecewakannya, kita punya pilihan kawan-kawan, maka pilihlah dengan bijak.

(by FBL)